Sabtu, 04 April 2009

Kita Bukan Hancock(Autocar,edisi april 2009)

Posting ke 3 hari ini, abis dpt inspirasi bagus sih

Hbs baca tulisannya M.Hasan di majalah Autocar edisi april 2009, yg baru aja kebeli tadi.

Secara garis besar, isinya kayak gini(pake bahasaku ndiri loh)

Kita Bukan Hancock

Suatu hari, di sebuah perlintasan kereta api, beberapa mobil terjebak, lalu orang-orang berteriak histeris karena kereta semakin mendekat. Tiba-tiba ada seorang lelaki yang nekat berdiri di rel. Dan apa yang terjadi ketika kereta itu menabrak sang pria? Mati kah? Tidak, justru kereta itulah yang hancur. Orang-orangpun selamat dari hantaman benda berbobot lebih dari ribuan ton itu. Sayangnya, kejadian seperti itu hanya ada pada film berjudul Hancock yg dibintangi oleh Will Smith. Hancock adalah malaikat yg menyamar menjadi seorang manusia, dan bertugas menyelamatkan manusia.

Namun, tidak ada Hancock di Bandengan,JakUt. 8 mobil hancur tertabrak kereta di situ, pada Februari lalu. Dan juga tidak ada Hancock di Sumatera maupun Jawa. Jika anda sedang googling, cobalah iseng mengetik kata "kereta api menabrak mobil", maka akan muncul ribuan hasil pencarian. Tidak mungkin kita baca 1 - 1, itu hanya membuang waktu. Singkatnya, kita bisa menyimpulkan, kejadian seperti ini sering sekali terjadi, tidak hanya 1 - 2 kali.

Menurut Ahmad Sujadi, Kepala Humas PT KAI Daops Jakarta, mayoritas kejadian spt ini terjadi krn kelalaian pengemudi mobil, setelah itu barulah yang lain seperti lingkungan di sekitar perlintasan, terganggunya persinyalan kereta api yang memberi informasi kepada petugas pintu perlintasan.

Dalam UU No.23 tahun 2007 tentang perkeretaapian, disebutkan bahwa jalur kereta api harus bebas dari halangan. Aturan ini wajar, mengingat kereta api tidak bisa berhenti secepat mobil, ataupun menghindari obyek di hadapannya dengan membelok seperti mobil, bisa-bisa keluar dari rel. Jadi memang pengemudi mobil yang harus memahami.

Tetapi sering sekali pengemudi mobil nekat menerobos rel. Tidakkah ia berpikir kalau itu membahayakan hidupnya? Padahal, jalanan hanya tempat lewat, jalanan bukan tujuan kita berkendara. Tidak perlu berpikir soal jibaku,eksistensi, dan harga diri di jalan. Ikutilah aturan yang ada. Eksistensi kita justru berada di ujung jalan, yakni rumah,tempat kerja,sekolah,universitas,atau tempat lain yang bukan jalanan.

Apabila sudah dekat dengan perlintasan kereta api dan kita ingin berhenti, lakukan dengan sepenuh hati, tanpa keraguan. Lebih baik mengerem mendadak daripada kehilangan nyawa, lebih baik mencegah daripada mengobati. Kemudian kembalilah melintas ketika benar-benar aman, jangan acuhkan intimidasi dari pengemudi lain yang menyuruh kita untuk terburu-buru melintasi rel.

Jujur pada diri sendiri, berarti mengakui kita bukanlah Hancock. Jujur pada diri sendiri, berarti mengutamakan keselamatan ketimbang nafsu atau ajakan orang lain.

-------------------------------------------------------------------------------------


Kesimpulan dan opini saya sbg pembaca : Safety first! Utamakan keselamatan anda di tengah berkendara, daripada harus kehilangan nyawa. Ingatlah keluarga menunggu di rumah! Jangan pernah hiraukan ajakan dari orang lain yang memacu kita untuk melintasi hal yang berbahaya, namun utamakanlah keselamatan. Jujur, safety driving di tanah air saya akui sangat kurang, mereka lebih memilih ugal-ugalan yang berujung pada permasalahan yang mempertaruhkan nyawa, daripada berkendara tertib dan aman.


So, friends. Buat yang suka bepergian naik kendaraan sendiri, safety first, sayangilah nyawa kalian, nyawa kita cuma 1, we're not hancock!

Tidak ada komentar: